Kamis, 22 Agustus 2019

Intimidasi Saudara


sumber gambar:  mohamed Abdelgaffar from pexels.com

Hubungan adik-kakak bisa dibilang adalah hubungan yang pertama terjalin di dalam sebuah keluarga sebagai hubungan pertemanan dan akan menjadi hubungan pertemanan paling bertahan lama dalam kehidupan seseorang. Hal yang sangat wajar terjadi ketika seorang kakak menyuruh adiknya untuk melakukan sesuatu dan begitupun sebaliknya, namun apa yang akan terjadi jika hal tersebut terjadi secara berkala dan membuat salah satu pihak merasa tidak nyaman?
Intimidasi dari saudara kandung sangat mungkin terjadi jika salah satu pihak merasa superior dan akhirnya mengintimidasi pihak lain. Dalam KBBI, intimidasi memiliki arti tindakan menakut-nakuti (terutama untuk memaksa orang atau pihak lain berbuat sesuatu); gertakan; ancaman. Bentuk intimidasi antar saudara sendiri bisa sangat beragam, bisa berbentuk perintah yang berulang dan membuat tidak nyaman, paksaan, berteriak dan mengancam, bahkan sampai ke perbuatan fisik yang melukai salah satu pihak, hal-hal tersebut bisa menjadi bentuk bullying yang dilakukan oleh saudara sendiri. Wolke et. al (2015) menjelaskan Bullying oleh saudara adalah setiap perilaku agresif yang tidak diinginkan oleh saudara yang berkemungkinan akan terulang, bullying dapat menimbulkan efek negatif pada fisik, psikologis dan kehidupan sosial korban. Bullying sendiri terbagi menjadi dua yaitu langsung dan tidak langsung yang terbagi lagi menjadi bullying fisik, verbal, relasional serta merusak properti. Bullying oleh saudara sendiri akan terjadi secara tidak sadar, semua perilaku seolah-olah wajar namun sebenarnya salah satu pihak merasa tidak nyaman dengan perilaku itu.
Penyebab intimidasi dari saudara sendiri bisa terjadi karena adanya siblings rivalry. Salah satu kasus siblings rivalry adalah ketika sang kakak cemburu dan merasa takut bahwa semua perhatian akan beralih pada sang adik saat adiknya lahir dan akhirnya sang kakak mencari cara untuk merebut kembali semua perhatian yang diberikan kepada adiknya saat adiknya sudah lahir. Orang tua sangat berperan besar dalam mencegah siblings rivalry, seperti yang dilansir situs IDAI (Indonesian Pediatric Society) (2017), siblings rivalry dapat dicegah jika orang tua memperlakukan anak mereka sebagai individu yang berbeda sesuai dengan karakternya serta membimbing anak untuk menyatakan perasaan serta pendapatnya dengan baik. Selain itu, orang tua tidak boleh bias pada satu anak, juga tidak boleh membandingkan anak-anak mereka.
Intimidasi saudara juga bisa terjadi karena buruknya kualitas pengasuhan orang tua serta peran orang tua yang sangat minim dalam perkembangan anaknya. Hoetger et. al (2014) berpendapat bahwa bullying antar saudara terjadi karena kurangnya edukasi dan diskusi tentang bullying itu sendiri, sehingga pihak-pihak yang terlibat tidak menganggap perilaku agresi atau intimidasi antar saudara sebagai bullying. Sebagian orang tua akan menganggap bentuk-bentuk intimidasi antar saudara adalah hal yang normal, namun hal tersebut bisa termasuk kedalam bentuk bullying.
Efek dari intimidasi atau bullying oleh saudara adalah kemungkinan korban mengalami depresi dua kali lipat dibandingkan dengan mereka yang tidak diintimidasi saudara, meningkatnya tingkat kecemasan walaupun dalam waktu yang singkat, juga sangat berkemungkinan untuk melakukan self-harm (Bowes et. al, 2014). Efek lain yang ditimbulkan adalah kemungkinan berkembangnya gangguan psikotik, gangguan mental yang menyebabkan pemikiran dan persepsi abnormal pada korban (Dantchev et.al, 2018). Bullying antar saudara meningkatkan resiko korban terkena bullying di sekolahnya (Wolke & Skew, 2011). Dampak yang ditimbulkan tidak jauh berbeda dengan bullying yang dilakukan oleh teman sebaya, hanya saja hubungan antara saudara bertahan sepanjang perkembangan yang artinya kemungkinan peluang bagi korban untuk melarikan diri sangat kecil.
Permasalahan ini memang terlihat sederhana, namun efek yang ditimbulkan tidak main-main, masa depan korban terancam karena ulah saudaranya sendiri. Kasus-kasus seperti ini jarang diungkapkan ke media karena faktor keluarga yang menganggap ini adalah hal biasa. Orang tua adalah tempat pertama di mana anak bisa meminta bantuan, anak akan segera melaporkan tindakan intimidasi yang dilakukan saudaranya kepada orang tua mereka. Namun jika orang tua mereka menganggap hal itu adalah hal yang wajar, mereka tidak akan yakin untuk melaporkan tindakan saudaranya itu kepada pihak di luar keluarga. Juga sudah seharusnya antar saudara bisa mengerti keadaan saudaranya yang lain sehingga tidak terjadi intimidasi.


Referensi

Bowes, L., Wolke, D., Joinson, C., Lereya, S. T., & Lewis, G. (2014). Sibling Bullying and Risk of Depression, Anxiety, and Self-Harm: A Prospective Cohort Study. Pediatrics,134(4). doi:10.1542/peds.2014-0832
Dantchev, S., Zammit, S., & Wolke, D. (2018). Sibling bullying in middle childhood and psychotic disorder at 18 years: A prospective cohort study. Psychological Medicine,48(14), 2321-2328. doi:10.1017/s0033291717003841
Hoetger, L. A., Hazen, K. P., & Brank, E. M. (2014). All in the Family: A Retrospective Study Comparing Sibling Bullying and Peer Bullying. Journal of Family Violence,30(1), 103-111. doi:10.1007/s10896-014-9651-0
Setiawan, E. (n.d.). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Retrieved August 19, 2019, from https://kbbi.web.id/intimidasi
Wolke, D. & Skew, A. (2011). Bullying among siblings. International Journal of Adolescent Medicine and Health, 24(1), pp. 17-25. Retrieved 19 Aug. 2019, from doi:10.1515/ijamh.2012.004
Wolke, D., Tippett, N., & Dantchev, S. (2015). Bullying in the family: Sibling bullying. The Lancet Psychiatry,2(10), 917-929. doi:10.1016/s2215-0366(15)00262-x
Yolanda, N. (2017, February 16). Tips Mencegah Sibling Rivalry. Retrieved August 13, 2019, from http://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/tips-mencegah-sibling-rivalry